Menjelang weekend. Sudah saatnya kita berlibur untuk menghilangkan penat yang ada. Trip kali ini akan membahas tentang kuliner di Kota Solo.
Sebagai informasi kalian. Kota Solo atau nama lainnya Kota Surakarta / Kota Bengawan. Kota Solo merupakan kota kecil di Jawa Tengah dengan luas 44 km2.
Perjalanan kali ini dimulai dari Stasiun Malang pada hari Jumat pukul 08.20 - 14.35 WIB dengan menggunakan kereta Malioboro Ekspress. Perjalanan selama 7 jam tidak terasa karena kami menikmati melihat pemandangan pagi hari yang indah, melihat pematang sawah, dan langit yang begitu cerah. Bener-bener sangat menyenangkan hati dan mata :). Setelah perjalanan panjang akhirnya kami sampai di Stasiun Solo Balapan.
***
Pertama kali sampai di Solo kami langsung istirahat di Hotel buat selonjorin badan. Hehe.. Setelah bersih-bersih diri dan shalat. Perut sudah terasa lapar dan kami memutuskan mulai mencari kuliner deket lokasi hotel. Berikut wisata kuliner di Solo yang bisa dijadikan referensi kalian selama di Kota Solo :
1. Nasi liwet
Kuliner yang pertama kali yang kami coba adalah nasi liwet. Kami nyobain Nasi Liwet via gofood gaes. Nasi liwet atau sego liwet ini dimasak dengan santan. Biasanya kalau kita masak nasi khan menggunakan air biasa.
Nah, ini menggunakan santan sehingga nasi liwet ini terkenal dengan teksturnya yang pulen dan rasa gurih. Nasi liwet disajikan dengan sayur labu siam, manisa, dan dilengkapi dengan potongan ayam yang lembut (menurutku ayamnya kayak rasa opor ayam).
Kesan pertama makan nasi liwet ini enak banget gaes. Biasanya aku gak habis kalau makan nasi sebanyak ini, tapi ini berbeda. Cocok banget diperut aku. Langsung habis dalam sekejab.
Enak dan nikmat gaes. Hehehe..
Nasi liwet plus Es Teh via gofood only 64rb.. |
2. Cafe Tiga Tjeret
Destinasi kedua kami adalah Cafe Tiga Tjeret. Cafe Tiga Tjeret biasa disebut angkringan ala kafe, dan mempunyai ciri khas selalu ada 3 ceret diatas anglonya. Tempatnya nyaman dan ada live musicnya gaes. Asik bgt :).
Kafe ini terletak di pusat kota Solo atau lebih tepatnya di Jl. Ronggowarsito No. 97 Kota Surakarta, Jawa Tengah. Saat kami ke sana menggunakan transportasi online. Lokasi cafe ini berada di kiri jalan, dan sebelah kanannya merupakan halaman belakang Pura Mangkunegara.
Pintu Masuk Cafe Tiga Tjeret |
interiornya unique bgt gaes |
Lampunya dari gelas plastik yang tidak terpakai. Kreatif bgt :) |
Lokasi memilih lauk pauk |
Ini menu makanannya gaes. Kalian bisa milih sendiri. Hehe |
Menu yang kami pilih. Es beras kencurnya enak bgt. Hehehe |
Sebelum pulang, foto dulu sebagai kenang2an. Terima kasih sahabat :) |
3. Serabi Notosuman
Kuliner khas Solo selanjutnya buat traveller yang datang ke kota ini adalah Serabi Notosuman. Serabi legendaris ini cenderung tipis dan lembut, dan rasa santan yang terasa di mulut. Dijamin ketagihan gaes. Hehe..
Serabi Notosuman via gofood isi 10. Rasanya campur (rasa original dan coklat). Harga 30rb. |
Serabi Notosuman Rasa Coklat |
Serabi Notosuman Rasa Original |
4. Es Dawet Telasih dan Es Gempol Pleret di Pasar Gedhe
Kuliner berikutnya yang wajib kalian coba adalah Es Dawet Telasih dan Es gempol. Kami ke sana sekitar pukul 11.00 WIB menuju Pasar Gedhe. Pasar Gedhe ini merupakan ikon kota Solo. Pasar yang dibangun sekitar tahun 1930 itu merupakan salah satu pasar yang terbesar di Solo.
Es Dawet Pleret. Harga untuk 4 mangkuk dan tape only 45rb. Rekomended bgt buat kalian pecinta es seperti diriku. hehe |
Es dawet ini menggunakan dawet, santan, gula jawa sebagai pemanis, bubur sum-sum, dan diberi tambahan telasih. Telasih atau selasih adalah bahan makanan berupa bintik-bintik hitam yang melayang di atas santan. Keunikannya saat meminum es dawet yang ada selasihnya. Saat menyatu di mulut sangat enak sekali, menimbulkan cita rasa yang berbeda. Harganya murah dan hati-hati bakal nambah lagi. Hehehe..
Es gempol |
5. Selat Solo di Warung Selat Viens
Ketika itu, sudah waktunya jam makan siang. Kemudian, kami menuju lokasi selanjutnya untuk mencoba makanan khas Solo lainya yaitu Selat Solo.
Selat solo adalah masakan khas Solo, Jawa Tengah yang dipengaruhi hidangan Eropa. Makanan ini terdiri dari daging sapi yang di beri kuah encer. Kuahnya terbuat dari bawang putih, cuka, kecap manis, kecap inggris, air, dan diberi bumbu pala dan merica. Kemudian, disajikan dengan telur rebus dan sayur-sayuran (tomat, kentang, buncis, wortel). Kalau menurutku makanan ini lebih ke arah Bistik disesuaikan dengan cita rasa orang Jawa. Tapi, overall enak gaes. Hehe..
Selat solo |
6. Tengkleng dan Sate Kere di Galebo
Menjelang pulang ke Malang. Kami menikmati malam minggu kami di Galabo. Galabo atau Gladag Langen Bogan adalah wisata kuliner yang dibuka pada malam hari mulai jam 17.00 sampai 05.00 WIB. Disini menyediakan menu makanan khas Solo yang beraneka ragam dan tentunya harga terjangkau untuk para backpacker. Salah satu menu khasnya seperti timlo, gudeg ceker dll. Tetapi kali ini kami ingin mencoba yaitu Tengkleng dan Sate Kere.
Pintu masuk Galabo 😁 |
Tengkleng adalah masakan sejenis sup dengan bahan utama tulang kambing. Menurut sejarah, pada jaman dulu hanya para bangsawan dan orang Belanda saja yang bisa menikmati masakan daging kambing. Hanya kepala, kaki, dan tulang saja yang tersisa untuk pekerja dan tukang masak.
Tetapi para juru masak tak kurang akal, maka dimasaklah tulang-tulang tersebut yang tentunya masih ada sedikit daging yang menempel.
Tengkleng itu hampir mirip dengan gule kambing tetapi kuahnya lebih encer. Rekomended bgt bagi kalian pecinta kuliner. Enak dan gak amis kok gaes. hehe..
Tengkleng |
Sate Kere Daging plus lontong (sumber : google). Harga 48rb. |
Kuliner terakhir yang kami coba adalah sate kere. Sate kere hampir sama dengan sate pada umumnya. Tetapi bumbu kacangnya yang membuat berbeda dengan sate pada umumnya. Bumbu kacangnya lebih gurih dan kacangnya lebih banyak. Hehe..
Konon menurut sejarah. Sate adalah makanan termewah kala itu dan hanya bisa disantap oleh kaum bangsawan. Istilah kere adalah gelandangan, yang merupakan salah satu pencitraan terhadap kalangan menengah ke bawah yang terlalu sayang untuk membeli setusuk sate. Selain itu, sate ini merupakan perwujudan perlawanan kalangan menengah ke bawah terhadap kaum bangsawan yang masih kental dirasakan masyarakat Jawa kala itu.
***
Semoga postingan ini bermanfaat buat sobat adventure yang akan atau yang sudah berada di kota Solo.
Terima kasih buat Pak Kenup, Mbak Ruth, dan Ce lidia yang telah mengajak diriku untuk explore kuliner Solo. Next time, kita akan kembali lagi ke sana yaa dengan cerita yang berbeda 💕.
Sekian. Thanks for reading :)
No comments:
Post a Comment